Perjalanan Cinta

by 06.15 1 komentar

PERJALANAN CINTA

Awal mula cerita ini, saat aku duduk dikelas 2 SMU tepatnya tgl 1 april 2000, aq jadian dengan adik kelasku, Aril namanya. Awalnya aq hanya menganggapnya sebagai teman biasa, kami sering pulang bareng karena kebetulan jalan pulang kami searah dan kebetulan juga kami les bahasa inggris ditempat yang sama. Sebenarnya saat dekat dengannya aq sedang patah hati karena baru putus dengan pacarku Aan, jadi kehadirannya seakan mampu menjadi penghibur ditengah kegalauanku. Dia begitu perhatian terhadapku, sering memberikan kejutan-kejutan kecil padaku, misalnya rela menemani aq menunggu angkot berjam-jam saat pulang sekolah, mengajakku menonton klub bola kesukaanku, memberikan sesuatu yang aku senangi dan teman-temanku juga mendukungnya untuk jadian denganku dengan alasan dia baik dan perhatian sehingga aq tak mampu menolak pernyataan cinta darinya.

Namun setelah dia menjadi pacarku, dia mulai memperlihatkan karakter aslinya. Aril sangat pencemburu, possesif, pemarah dan kasar terhadapku sehingga ruang gerakku terbatas. Setiap jam istirahat dia selalu nyamperin ke kelasku, kemana aq pergi dia selalu menemaniku akibatnya teman-temanku pada komplain karena aq hampir tidak punya waktu bersama mereka. Pernah suatu kali dia cemburu berat padaku karena melihat aku berbicara dan duduk berdekatan dengan Aan mantanku. Kebetulan aq dan Aan satu organisasi di Rohis sekolah, dimana Aan menjadi ketuanya dan aq jadi sekretarisnya jadi wajar aja kalau aq tetap berhubungan baik dengannya, karena kami sepakat untuk tetap bersikap professional, tidak mencampur adukkan urusan pribadi dengan organisasi.

Waktu itu selesai rapat, aq dan Aan masih meneruskan diskusi tentang program kerja organisasi kami, posisi kami duduk berhadapan dan aq sedikit menunduk untuk menuliskan sketsa rancangan programku pada selembar kertas, disaat yang bersamaan Aril datang untuk menjemput aq pulang. Melihat keadaan itu dia langsung marah dan pergi berlalu begitu saja. Aq yang tidak mengetahui kedatangannya tetap melakukan aktivitasku sampai Aan mengatakan “Aril marah tu”, aq bingung dan bertanya kepada Aan “marah kenapa?” Tau kata Aan. Lalu aq menyusul Aril dan bertanya kepadanya “kamu kenapa?”. Aril malah berkata, Kamu tuh klo masih cinta sama bang Aan bilang aja, kamu tega ya wik nyakitin hatiku…. (dia memanggil Aan dengan sebutan abang, karena dia adik kelas kami)

Aq nggak ngapa-ngapain ma Aan, aq cuma ngobrolin masalah rohis, kamu kenapa sih kayak anak-anak aja, jawabku.

O gitu, sekarang kamu bilang aq kayak anak-anak!! Trus bang Aan yang dewasa gitu maksudmu?, kamu senang kan kepalamu dielus sama dia ucap Aril. Sapa yang dielus, aq cuma ngobrol jawabku

Disitu terlihat bahwa Aril emosi banget, hampir saja dia mau menamparku, dia mengatakan bahwa Aan mengelus kepalaku dengan mesra saat aq merunduk menulis tadi, tapi aq tidak merasakan Aan mengelus kepalaku, nggak taulah siapa yang bohong saat itu, apa memang Aan sengaja melakukannya agar membakar api cemburu Aril, atau hanya Aril saja yang terlalu cemburuan.

Singkat cerita dibulan ke 6 aq berpacaran dengannya, aq mulai nggak kuat dengan segala posesifnya, lalu aq minta putus padanya. Tapi Aril nggak mau diputusin, saat pulang sekolah dia menungguku didepan gerbang sekolah, dia malah berlutut didepanku memohon agar aku tidak mutusin dia. Betapa malunya aq, disaksikan oleh seluruh siswa-siswa disekolahku, kami malah jadi tontonan, sampai ada seorang guru yang bertanya “ada apa ini?”. Dia malah menjawab, nggak ada apa-apa pak, ini urusan pribadi…

Ya ampun…. aq malu banget, padahal aq berpacaran dengan adik kelas seperti dia saja sudah membuatku malu ditambah adegan sinetronnya ini, aq makin nggak punya muka. Tapi aku tetap pada pendirianku untuk putus, walaupun dia memohon-mohon agar tidak diputusin. Tidak kehabisan akal dia mendatangi rumahku, dia memohon pada ibuku agar aq tidak mutusin dia, “ bu, saya cinta banget sama Dewi bu, tolong bilang ma dia bu, jangan putusin saya, saya nggak bisa hidup tanpa dia…sambil nangis dia mengeluarkan cutter dari sakunya. Dia meletakkan posisi cutter tersebut pada pergelangan tangannya persis seperti orang yang mau bunuh diri dan mengatakan “saya mau mati aja bu, kalau diputusin Dewi, tolong saya bu”…

Ibuku ketakutan dan memanggilku yang nggak mau keluar kamar, lalu aq mencoba menenangkannya dan mengajaknya pergi dari rumahku supaya ibuku tidak ketakutan. Sambil kami berjalan keluar, aq mengatakan padanya bahwa hal apapun tidak akan merubah keputusanku untuk putus darinya. Dia tetap tidak terima, dia yakin aq cuma emosi sesaat mau mutusin dia. Dia nggak terima aq putusin karena menurutnya aq nggak punya alasan yang kuat untuk mutusin dia, tiga minggu kemudian akhirnya dia mau terima putus dariku, itupun karena aq bilang bahwa aku sudah bosan dengannya dan selama ini aq tidak pernah cinta padanya. Dia tidak terima dengan perkataanku lalu dengan emosi dia berkata “ Aku sumpahin kamu, suatu saat nanti ada cowok yang sangat kamu cintai tapi dia hanya mempermainkanmu!!”.

Aku kaget dia bisa ngomong kayak gitu, tapi kupikir mungkin wajarlah, siapapun akan sakit hati bila diputuskan tanpa alasan, pikiranku saat itu yang penting aq bisa putus dengannya nggak perduli bagaimana caranya.

Setelah kejadian itu aq mampu melewati hari-hariku dengan baik, bahkan saat dikelas 3, aq berpacaran lagi dengan teman sekelasku Didit namanya, orangnya baik, supel dan menyenangkan. Aq merasa memiliki banyak kesamaan dengan Didit, mungkin karena kami lahir pada bulan, tanggal dan tahun yang sama, cuma beda waktu kelahiran saja, dia lahir saat adzan shubuh berkumandang sementara aq lahir saat adzan maghrib tapi kurasa itu cuma suatu kebetulan saja. Hubungan kami lancar-lancar saja sampai lulus SMU. Anehnya selama aq dikelas 3, aq tidak pernah mendengar kabar tentang Aril lagi, dan walaupun kami satu sekolah, aq tidak pernah bertemu atau berpapasan dengannya, mungkin karena jarak antara kelas 2 dan 3 lumayan jauh sehingga kemungkinan kami bertemu sangat minim.

Lulus SMU aq kuliah diperguruan tinggi swasta dikotaku, pada fakultas sastra jurusan sastra inggris, namun aq kuliah hanya 2 semester karena sebenarnya aq ingin mengambil psikologi bukan sastra inggris namun karena dikotaku jurusan psikologi hanya bisa diambil oleh anak IPA, maka aq tidak bisa mengambilnya.

Keinginan yang kuat untuk mengambil jurusan psikologi membuatku memutuskan untuk melanjutkan kuliah di tanah Jawa, yang terkenal juga dengan sebutan kota pelajar. Meskipun untuk tujuan itu aq harus menyeberangi pulau, namun tekadku sudah bulat dengan tujuan ingin mencari pengalaman hidup yang lebih berwarna, sementara Didit tetap berada dikota asalku karena dia diterima disalah satu Perguruan tinggi Negeri disini, hal ini menyebabkan kami menjalin hubungan jarak jauh (Long distance).

Tahun pertama hubungan jarak jauh kami tidak mengalami masalah yang berarti, komunikasi tetap berjalan dengan baik meskipun saat itu kami belum memiliki ponsel, maka komunikasi kami hanya lewat surat atau sesekali Didit menelpon ke kosku. Setiap lebaran aq selalu pulang kekota asalku, otomatis hanya setahun sekali aq bertemu Didit. Pada tahun kedua hubungan jarak jauh kami mulai mengalami masalah, dimana kami berdua mempunyai kesibukkan masing-masing sehingga komunikasi mulai tidak lancar padahal saat itu kami berdua sudah memiliki ponsel, ya… itulah terkadang alat komunikasi tidak menjamin langgengnya suatu hubungan. Aq dan Didit menyadari bahwa rasa sayang dan cinta kami perlahan mulai terkikis oleh sang waktu dan oleh jarak yang memisahkan hingga akhirnya kami sepakat untuk mengakhiri hubungan kami dengan baik-baik. Apalagi hubungan kami sudah sangat dekat dalam artian sudah saling diketahui oleh kedua orangtua, jadi kami sepakat untuk tetap mempertahankan tali silahturahmi.

3 bulan setelah putus dari Didit ada seorang cowok bernama Wisnu yang mendekatiku, dia penduduk asli tanah jawa ini, awalnya aq tidak menyukai Wisnu karena jujur aq masih sangat sayang pada Didit, bagaimanapun juga kebersamaanku dengan Didit selama 4 tahun membuatku tidak bisa membuangnya dari pikiranku, bagiku Didit masih sosok terbaik yang pernah kumiliki. Tapi sepertinya aq terkena pepatah orang jawa, “ Witing tresno jalaran soko kulino” yang artinya cinta tumbuh karena sering bersama, itulah yang kurasakan bersama Wisnu. Karena seringnya Wisnu memberikan perhatian juga seringnya ia menawarkan bantuan padaku seperti mengantar dan menjemput aq kuliah hingga akhirnya rasa sayang itu tumbuh. Maka aq dan Wisnu pun resmi berpacaran, bersama Wisnu aq merasa cocok, walaupun acapkali kami sering bertengkar tentang hal-hal sepele namun aq merasa Wisnu bisa mengerti dan memahamiku sifatku yang suka berubah sesuai mood.

Tak terasa hubunganku bersama Wisnu hampir memasuki tahun keempat, pasang surut dalam hubungan kami, aq rasa itu wajar yang penting kami berdua tetap mampu mempertahankannya. Apalagi aq juga sudah berpikir untuk ketahap hubungan yang serius, mengingat umurku juga sudah lebih dari cukup untuk melangsungkan pernikahan, dan sampai saat ini orang yang kuyakini tepat untuk menjadi pasanganku adalah Wisnu.

Sampai pada suatu masa yang menurutku merupakan ujian cintaku pada Wisnu yaitu bermula dari kebiasaanku yang doyan online pada suatu situs pertemanan, disitu aq banyak ketemu dengan teman-teman SMU ku. Salah satunya teman lamaku bernama Heri, dulu waktu SMU ia merupakan salah satu best friendku. Entah bagaimana awalnya, tiba-tiba Heri bertanya padaku, apakah aku masih ingat dengan Aril atau tidak, dan katanya Aril sedang menempuh pendidikan akademi kepolisian di kota Jawa yang berbatasan dengan kota tempat tinggalku, kota itu juga terkenal dengan bandeng resto dan lumpianya. Betapa kaget aq mendengarnya, kembali aq teringat dengan kenangan 9 tahun yang lalu saat aq menyakitinya dengan meminta putus. Semenjak itu perasaanku tidak menentu, aq mulai ragu dengan keyakinanku untuk menikah dengan Wisnu, apalagi aq tau dia menempuh pendidikan yang tidak jauh dari kotaku, ada rasa yang bergejolak dalam hatiku yang tak bisa kupahami, apakah karena rasa bersalahku padanya ataukah karena aq masih menyayanginya, aq binggung…..

Memang kenyataannya, hanya Aril satu-satunya mantanku yang putus dengan tidak baik-baik, dimana setelah putus aq tidak pernah bertemu dan berkomunikasi sama sekali dengannya, mungkin hal itu memunculkan rasa penasaran yang sangat besar pada diriku, namun aq kehabisan akal saat Heri bilang bahwa di akademi kepolisian itu ada peraturan dimana setiap mahasiswanya tidak boleh membawa ponsel, kalaupun ada sembunyi-sembunyi karena hal itu dilarang.

Kondisi ini membuatku makin penasaran ingin ketemu Aril, sampai-sampai aq ingin mencari tau keberadaannya lewat teman kosku yang punya kenalan sekolah disana, bahkan aq berpikir ingin mendatanginya ke sekolah kepolisian tersebut, tapi apakah tidak menjatuhkan harga diriku!! Entahlah…

Namun jujur aq masih sangat ingin tau apakah dia masih cinta padaku ataukah benci setelah kejadian dulu, ditambah penjelasan Heri, bahwa terakhir kali ketemu Aril, dia masih bercerita tentang aq, dan Heri juga yakin bahwa Aril masih menyayangiku. Hal itu makin memacuku untuk bertemu dengannya.

Seminggu belakangan ini hubunganku dengan Wisnu sedang tidak baik, Wisnu sedang sibuk dengan pekerjaannya sehingga waktu ketemu hampir tidak ada, membuat pikiranku makin leluasa untuk memikirkan Aril. Sampai detik ini aq belum juga bisa bertemu dengan Aril, namun perasaan ingin ketemu Aril masih sangat besar. Hanya ada satu janji yang melegakan dari Heri, dia bilang dia mau menemaniku menemui Aril saat aq pulang lebaran nanti dikota asalku. Aq harap pertemuanku dengan Aril mampu menjawab keragu-raguan perasaanku dan mampu memastikan hatiku untuk menentukan pelabuhan terakhirku, semoga…sebelum terlambat….

25 Februari 2009

Dewi Handayani

Developer

Cras justo odio, dapibus ac facilisis in, egestas eget quam. Curabitur blandit tempus porttitor. Vivamus sagittis lacus vel augue laoreet rutrum faucibus dolor auctor.

1 komentar:

  1. kau wanita yg beruntung wi............semoga kau bisa menemukan cintamu.....semoga belum terlambat wi..........tetap tegar ya

    BalasHapus